Kaleidoskop 2015
Salam!
Sebenarnya, tulisan ini saya bikin di penghujung 2015, tapi sudah hampir setahun lamanya mengendap menjadi draf dan baru sekarang ini saya lanjutkan nulis lagi. Lagian, kalau nggak ditulis, nanti bisa lupa dan lupa itu marabahaya.
Nah, ini dia yang menurut saya yang paling memorable di tahun 2015.
1. Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Ini dia. Paling terang seantero 2015. Bagi saya, sama seperti yang dibilang Ade Iyan Rusyana alias pak kordes, KKN di bulan Januari 2015 ini merupakan "wisata rohani". Kapan lagi saya tinggal di tempat yang super Islami (bukan di pesantren), yang sunyi, yang semua orang masih bisa berbahagia walau sinyal internet di sana bikin pengen saya manjat pohon pinang? Seriously tho, Kutawaringin itu cuacanya panas tapi anget di hati. Tetangga-tetangganya superbaik, dan alhamdulillah saya dikasih teman-teman, terutama teman-teman sekamar, yang solehah dan banyak bikin saya bermuhasabah. Dan, kebetulan banget, Januari 2015 itu lagi sasih muludan, yang artinya ada pengajian setiap 3 hari sekali yang harus kami hadiri. Untung dasar untung, warga Kutawaringin itu penutur asli bahasa Sunda jadi saya bisa mengerti dan ikutan tertawa kalau ustadz/ah-nya bercanda pakai bahasa Sunda.
Di Kutawaringin, kabupaten Ciamis, populasi bebenyit alias anak kecil pun lumayan banyak. Setiap Jumat kami suka main di mushala dekat rumah sambil senam semangat dan bantuin mereka mengerjakan PR. Yang bikin terharu, ada anak SD yang datang jauh-jauh dari dusun sebelah cuma karena mereka minta diajari matematika. Tapi, ada yang bikin kaget juga karena yang datang adalah anak-anak kelas 6, tapi masih ada yang masih harus dibimbing menulis. Fitri, salah satu sahabat saya yang jiwa Taman Ilmu-nya gak pernah padam mengajak kami semua buat nyumbang lemari dan buku-buku buat disimpan di mushala biar anak-anak bisa banyak baca. Salah satu ibu dari anak-anak tersebut menangis sesenggukan karena dikasih lemari yang ukurannya gak lebih besar dari 3 kardus indomie ditumpuk, sama kayak ibu-ibu pengajian yang nagis-nangis ga berhenti waktu kami bilang besok kami sudah pulang lagi ke Jatinangor.
Ah, pokoknya, tinggal di Kutawaringin dan jauh dari orang tua selama satu bulan itu bikin mata saya terbuka. Bukan cuma mata, hati juga sih (tapigakadayangmasukHAHAgakgitudengmaksudnya). Yaa begitulah. Memang bener kata mama, KKN itu seru. Selamat menikmati bagi yang baru mau menjalani KKN <3
2. ASII Meeting & Padjadjaran Education Festival
Inilah kepanitiaan terakhir saya. I feel honored because I was invited to be a part of ASII Meeting committee, karena di sana, saya banyak ketemu dosen-dosen bahasa/sastra Inggris dari perguruan tinggi lain dari seluruh Indonesia. Meski kerjaan saya kebanyakan di belakang meja resepsionis, terkadang saya ditugaskan jadi notulen juga yang artinya, mau gak mau, ikut menyimak rapat/diskusi para dosen tersebut. Syukur-syukur, kata Pak Ari, dosen-dosen tersebut, nantinya jadi atasan kita atau malah jadi orang yang bantu kita dapat kerjaan (kalau mau kerja di bidang pendidikan). Hohoho. But I'm kind of disencouraged, they are all great. Harus menjadi sekeren itu loh buat jadi dosen. Harus sepintar itu. Harus seperti itu. Tapi ya sudah, semoga bisa menginspirasi. Yang paling penting, saya jadi berkesempatan untuk ngobrol dengan dosen-dosen saya sendiri yang biasanya hanya ditemui di kelas, dan memperluas kenalan dengan kakak alumni dan adik tingkat yang sungguh informatif (baca: penyedia gosip eksklusif).
Di PEF, saya jadi staf sistem informasi. Paling tua, loh, sama Bunga. SI itu semacam bagian publikasi. Kebetulan saya kebagian megang akun twitter PEF, dan jadi penghubung dengan bagian tiket juga jadi kerjanya bikin-bikin Google form dan semacamnya. Oh, dan ngurus web PEF juga. My hands are full sih tapi senenggg akhirnya ke-savvy-an saya terhadap teknologi jadi bermanfaat (anjay) dan bahkan bertamah. Hahaha.
3. The Ugliness Behind the Beautiful Bandung
Berawal dari tugas salah satu mata kuliah yang mengharuskan kami pergi ke Bandung untuk "mengamati", saya dan teman-teman banyak menemukan hal-hal yang bahkan nggak pernah terpikirkan sebelumnya. Di balik keindahan Bandung, ternyata banyak cerita yang bikin saya mengepalkan tangan. Tapi karena ceritanya sangat panjang, mungkin nanti akan saya jabarkan di pos terpisah. Sudah gatal ingin cerita, sebenarnya. Tapi, uh. Pokoknya, saya bersyukur masuk ke kelas Semiotika yang isinya hanya 9 orang dan tugasnya superbikingila sementara kelas sebelah ada 50 orang dan sungguh santai tapi nggak menantang. Saya nggak nyesel.
4. Juara satu PKM-PSH Padjadjaran Berprestasi <3
This is the perks of having smart, dedicated close friends. Saya diajak untuk menjadi anggota tim PSH (Penelitian Sosial Humaniora) oleh sahabat-sahabat saya, satu tim untuk penelitian sosiolinguistik, dan satu lagi penelitian semiotika. Nah, yang penelitian sosiolinguistik itu akhirnya dapat juara 1!!! Saya memang nggak ikut presentasi, tapi... tapi menang! Wkwk. Nah, yang penelitian semiotika itu memang nggak menang TAPI KAMI LOLOS PIMNAS! Nanti akan saya ceritakan lagi di pos terpisah hihihi.
Intinya sih, kalau sudah senang meneliti, bakal jadi ketagihan. Walau memang adabanyak juga yang bilang bahwa penelitian sosial humaniora itu kebanyakan nggak penting. Suka sedih deh kalau ada yang bilang begitu, jadi menurut ngana yang saya kerjakan ini nggak bermanfaat gitu? Tapi ya sudah, khusnudzon saja, mereka bilang begitu karena mereka nggak ngalamin sendiri jadi nggak ngerti betapa serunya bidang sosial humaniora ini.
Tau gak, kata Jonathan Swift, "vision is the art of seeing the invisible". Jadi saya sebenarnya kasiahn sama yang nggak bisa "melihat" indahnya hal-hal kecil yang mereka anggap trivial. *sibak rambut*
5. Starting my own business~!
Pesan dari guru saya pas semester satu: you can start with something you like.
Saya suka EXO. Saya suka boneka. Kenapa nggak kombinasikan keduanya dan bikin bisnis?
Kebetulan, di Korea sana lagi menjamur banget yang namanya boneka karakter EXO. Dan bonekanya memang SUPER LUCU sampe digandrungi hampir semua fans, dan akhirnya stoknya habis, dan akhirnya menjadi langka. Dan saya n-g-g-a-k k-e-b-a-g-i-a-n. Dan barang langka = SUPER MAHAL. Jadilah saya bertekad untuk bikin duplikat boneka-boneka itu untuk dinikmati secara pribadi.
Tapi begitu bilang ke orang-orang, mereka malah berminat juga. Asalnya hanya lima orang yang minta dibikinin boneka, tapi lama-lama jadi tiga puluh. Aku kudu piye toh? Jadinya saya menghubungi beberapa pabrik yang bersedia produksi hanya 30 boneka (biasanya minimal 100), dan untunglah ada yang mau, walo MOQ-nya 50 biji sih jadinya. Prosesnya memang panjang; desain --> bikin sample --> revisi 3x --> taking orders (buka PO) --> pengemasan --> pengiriman ke customer. Semua itu saya jalani sambil kuliah juga. Ada sekitar 6 bulan mungkin? Lelah menunggu, memang.
Jujur, saya takut banget bonekanya nggak laku (cuz it's local-made) tapi akhirnya sold out, sampe bikin 1 batch lagi. Lalu bikin 2 desain lain yang masing-masing mungkin ada 2 batch (1 batch sekitar 50 doll). Dan semua habis. Aku terharu! :""""" Dan berkat boneka-boneka ini lah ku bisa nonton konser EXO di section VIP. Muahaha!
Intinya sih, you can start with something you like. Jangan menyerah. Coba aja. Thanks for reading, beb. *wink*
Sebenarnya, tulisan ini saya bikin di penghujung 2015, tapi sudah hampir setahun lamanya mengendap menjadi draf dan baru sekarang ini saya lanjutkan nulis lagi. Lagian, kalau nggak ditulis, nanti bisa lupa dan lupa itu marabahaya.
Nah, ini dia yang menurut saya yang paling memorable di tahun 2015.
1. Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Ini dia. Paling terang seantero 2015. Bagi saya, sama seperti yang dibilang Ade Iyan Rusyana alias pak kordes, KKN di bulan Januari 2015 ini merupakan "wisata rohani". Kapan lagi saya tinggal di tempat yang super Islami (bukan di pesantren), yang sunyi, yang semua orang masih bisa berbahagia walau sinyal internet di sana bikin pengen saya manjat pohon pinang? Seriously tho, Kutawaringin itu cuacanya panas tapi anget di hati. Tetangga-tetangganya superbaik, dan alhamdulillah saya dikasih teman-teman, terutama teman-teman sekamar, yang solehah dan banyak bikin saya bermuhasabah. Dan, kebetulan banget, Januari 2015 itu lagi sasih muludan, yang artinya ada pengajian setiap 3 hari sekali yang harus kami hadiri. Untung dasar untung, warga Kutawaringin itu penutur asli bahasa Sunda jadi saya bisa mengerti dan ikutan tertawa kalau ustadz/ah-nya bercanda pakai bahasa Sunda.
Di Kutawaringin, kabupaten Ciamis, populasi bebenyit alias anak kecil pun lumayan banyak. Setiap Jumat kami suka main di mushala dekat rumah sambil senam semangat dan bantuin mereka mengerjakan PR. Yang bikin terharu, ada anak SD yang datang jauh-jauh dari dusun sebelah cuma karena mereka minta diajari matematika. Tapi, ada yang bikin kaget juga karena yang datang adalah anak-anak kelas 6, tapi masih ada yang masih harus dibimbing menulis. Fitri, salah satu sahabat saya yang jiwa Taman Ilmu-nya gak pernah padam mengajak kami semua buat nyumbang lemari dan buku-buku buat disimpan di mushala biar anak-anak bisa banyak baca. Salah satu ibu dari anak-anak tersebut menangis sesenggukan karena dikasih lemari yang ukurannya gak lebih besar dari 3 kardus indomie ditumpuk, sama kayak ibu-ibu pengajian yang nagis-nangis ga berhenti waktu kami bilang besok kami sudah pulang lagi ke Jatinangor.
Ah, pokoknya, tinggal di Kutawaringin dan jauh dari orang tua selama satu bulan itu bikin mata saya terbuka. Bukan cuma mata, hati juga sih (tapigakadayangmasukHAHAgakgitudengmaksudnya). Yaa begitulah. Memang bener kata mama, KKN itu seru. Selamat menikmati bagi yang baru mau menjalani KKN <3
2. ASII Meeting & Padjadjaran Education Festival
Inilah kepanitiaan terakhir saya. I feel honored because I was invited to be a part of ASII Meeting committee, karena di sana, saya banyak ketemu dosen-dosen bahasa/sastra Inggris dari perguruan tinggi lain dari seluruh Indonesia. Meski kerjaan saya kebanyakan di belakang meja resepsionis, terkadang saya ditugaskan jadi notulen juga yang artinya, mau gak mau, ikut menyimak rapat/diskusi para dosen tersebut. Syukur-syukur, kata Pak Ari, dosen-dosen tersebut, nantinya jadi atasan kita atau malah jadi orang yang bantu kita dapat kerjaan (kalau mau kerja di bidang pendidikan). Hohoho. But I'm kind of disencouraged, they are all great. Harus menjadi sekeren itu loh buat jadi dosen. Harus sepintar itu. Harus seperti itu. Tapi ya sudah, semoga bisa menginspirasi. Yang paling penting, saya jadi berkesempatan untuk ngobrol dengan dosen-dosen saya sendiri yang biasanya hanya ditemui di kelas, dan memperluas kenalan dengan kakak alumni dan adik tingkat yang sungguh informatif (baca: penyedia gosip eksklusif).
Di PEF, saya jadi staf sistem informasi. Paling tua, loh, sama Bunga. SI itu semacam bagian publikasi. Kebetulan saya kebagian megang akun twitter PEF, dan jadi penghubung dengan bagian tiket juga jadi kerjanya bikin-bikin Google form dan semacamnya. Oh, dan ngurus web PEF juga. My hands are full sih tapi senenggg akhirnya ke-savvy-an saya terhadap teknologi jadi bermanfaat (anjay) dan bahkan bertamah. Hahaha.
3. The Ugliness Behind the Beautiful Bandung
Berawal dari tugas salah satu mata kuliah yang mengharuskan kami pergi ke Bandung untuk "mengamati", saya dan teman-teman banyak menemukan hal-hal yang bahkan nggak pernah terpikirkan sebelumnya. Di balik keindahan Bandung, ternyata banyak cerita yang bikin saya mengepalkan tangan. Tapi karena ceritanya sangat panjang, mungkin nanti akan saya jabarkan di pos terpisah. Sudah gatal ingin cerita, sebenarnya. Tapi, uh. Pokoknya, saya bersyukur masuk ke kelas Semiotika yang isinya hanya 9 orang dan tugasnya superbikingila sementara kelas sebelah ada 50 orang dan sungguh santai tapi nggak menantang. Saya nggak nyesel.
4. Juara satu PKM-PSH Padjadjaran Berprestasi <3
This is the perks of having smart, dedicated close friends. Saya diajak untuk menjadi anggota tim PSH (Penelitian Sosial Humaniora) oleh sahabat-sahabat saya, satu tim untuk penelitian sosiolinguistik, dan satu lagi penelitian semiotika. Nah, yang penelitian sosiolinguistik itu akhirnya dapat juara 1!!! Saya memang nggak ikut presentasi, tapi... tapi menang! Wkwk. Nah, yang penelitian semiotika itu memang nggak menang TAPI KAMI LOLOS PIMNAS! Nanti akan saya ceritakan lagi di pos terpisah hihihi.
Intinya sih, kalau sudah senang meneliti, bakal jadi ketagihan. Walau memang ada
Tau gak, kata Jonathan Swift, "vision is the art of seeing the invisible". Jadi saya sebenarnya kasiahn sama yang nggak bisa "melihat" indahnya hal-hal kecil yang mereka anggap trivial. *sibak rambut*
5. Starting my own business~!
Pesan dari guru saya pas semester satu: you can start with something you like.
Saya suka EXO. Saya suka boneka. Kenapa nggak kombinasikan keduanya dan bikin bisnis?
Kebetulan, di Korea sana lagi menjamur banget yang namanya boneka karakter EXO. Dan bonekanya memang SUPER LUCU sampe digandrungi hampir semua fans, dan akhirnya stoknya habis, dan akhirnya menjadi langka. Dan saya n-g-g-a-k k-e-b-a-g-i-a-n. Dan barang langka = SUPER MAHAL. Jadilah saya bertekad untuk bikin duplikat boneka-boneka itu untuk dinikmati secara pribadi.
Tapi begitu bilang ke orang-orang, mereka malah berminat juga. Asalnya hanya lima orang yang minta dibikinin boneka, tapi lama-lama jadi tiga puluh. Aku kudu piye toh? Jadinya saya menghubungi beberapa pabrik yang bersedia produksi hanya 30 boneka (biasanya minimal 100), dan untunglah ada yang mau, walo MOQ-nya 50 biji sih jadinya. Prosesnya memang panjang; desain --> bikin sample --> revisi 3x --> taking orders (buka PO) --> pengemasan --> pengiriman ke customer. Semua itu saya jalani sambil kuliah juga. Ada sekitar 6 bulan mungkin? Lelah menunggu, memang.
Jujur, saya takut banget bonekanya nggak laku (cuz it's local-made) tapi akhirnya sold out, sampe bikin 1 batch lagi. Lalu bikin 2 desain lain yang masing-masing mungkin ada 2 batch (1 batch sekitar 50 doll). Dan semua habis. Aku terharu! :""""" Dan berkat boneka-boneka ini lah ku bisa nonton konser EXO di section VIP. Muahaha!
Intinya sih, you can start with something you like. Jangan menyerah. Coba aja. Thanks for reading, beb. *wink*
Komentar
Posting Komentar