Postingan

Popular Entry

Pengalaman/Cara Bikin Paspor di Kota Bandung~

Gambar
What's up. Di kesempatan ini, saya akan bercerita soal pembuatan paspor. Semoga tulisan ini bisa membantu agar teman-teman pembaca tidak mengalami kesialan yang saya alami, hehe. Pentingnya Paspor Ada sebuah tulisan yang menginspirasi saya untuk segera membuat paspor, yaitu tulisan yang dibuat oleh Prof. Rhenald Khasali , seorang Guru Besar di Universitas Indonesia. Menurut beliau, paspor adalah "tiket (pertama) untuk melihat dunia". Nggak ada uang? Nggak masalah, uang bisa dicari. Silakan putar otak gimana caranya dapet tiket murah, losmen murah, dsb. Intinya sih, nggak ada salahnya mempersiapkan segalanya sebelum kita "berkelana", dan yang bpertama kali harus kita siapkan adalah paspor . Setelah baca artikel tersebut, saya bertekad untuk bikin paspor keesokan harinya. Jenis-jenis Paspor Di Indonesia, ada 3 jenis paspor berdasarkan lembaga yang mengeluarkannya, yaitu: 1. Paspor Umum (sampul hijau, dikeluarkan Dirjen Kemenkumham) 2. Paspor Kedinasan (sa

Planning Your Trip 101: 4-Day Japan Itinerary (Tokyo, Kyoto, Universal Studios Japan)

Gambar
According to this article, a plan is a travel must-have that we can live without. It's true, though, we don't really need a plan if we're going somewhere. We can buy plane tickets, arrive there, do whatever we want, and go wherever our heart leads to. But not for me, and not for you too if you don't have such adventurous soul. I'm a kid who gets a call from my parents if I'm not home by 9PM, and have to let them know where I'm going for the day afterall. So, because this is my first time going on vacation without joining any group tour, I did a lot of research about Japan. Not that Japan is not familiar, though, I love Japan since elementary school thanks to Japanese manga--but researching about Japan, about its destinations, how to get there, how to get the visa and all the mumbo jumbo--is completely new for me. Researching about this country is time-consuming and somewhat frustrating (because I want to go to 12634213 places but only have 4 days to spe

Menabung Menggunakan Tapenas dan TabunganKu Untuk Liburan Bareng Teman

Gambar
Pernahkan kalian bercita-cita ingin pergi ke luar negeri setelah lulus kuliah, tapi tidak ingin merepotkan orang tua dan ingin pakai uang sendiri? Sebetulnya, kalian bisa mewujudkannya lho. Dengan mengeluarkan uang Rp100.000 per bulan, begitu lulus kuliah kalian bisa jalan-jalan ke luar negeri. "Tapi, nabung susah, Ver :(" Hehe. Iya, sih. Saya sendiri juga merasa kesulitan menabung pada saat kuliah, karena begitu diberi uang bulanan, uangnya cuma lewat saja, untuk bayar kosan, beli buku, atau untuk biaya hidup sehari-hari. Tapi, sekali lagi, asal ada niat, kalian bisa nabung dengan mudah. Sepengetahuan dan sepengalaman saya, ada 2 cara efektif untuk menabung, dan menggunakan uang tabungan itu untuk kepentingan bersama: 1. Buka rekening Tapenas 2. Sharing rekening TabunganKu bersama teman Sebelum saya jelaskan lebih jauh, perlu diketahui bahwa saya berasumsi bahwa: - Target tabunganmu 10 juta rupiah - Kamu mulai menabung dari semester 1 kuliah - Kamu "nab

Kaleidoskop 2015

Salam! Sebenarnya, tulisan ini saya bikin di penghujung 2015, tapi sudah hampir setahun lamanya mengendap menjadi draf dan baru sekarang ini saya lanjutkan nulis lagi. Lagian, kalau nggak ditulis, nanti bisa lupa dan lupa itu marabahaya. Nah, ini dia yang menurut saya yang paling memorable di tahun 2015. 1. Kuliah Kerja Nyata (KKN) Ini dia. Paling terang seantero 2015. Bagi saya, sama seperti yang dibilang Ade Iyan Rusyana alias pak kordes, KKN di bulan Januari 2015 ini merupakan "wisata rohani". Kapan lagi saya tinggal di tempat yang super Islami (bukan di pesantren), yang sunyi, yang semua orang masih bisa berbahagia walau sinyal internet di sana bikin pengen saya manjat pohon pinang? Seriously tho , Kutawaringin itu cuacanya panas tapi anget di hati. Tetangga-tetangganya superbaik, dan alhamdulillah saya dikasih teman-teman, terutama teman-teman sekamar, yang solehah dan banyak bikin saya bermuhasabah. Dan, kebetulan banget, Januari 2015 itu lagi sasih muludan, yan

Pengalaman Mencairkan Western Union di Kantor Pos

Gambar
Halo, lama nggak jumpa. Kali ini saya mau sharing tentang pengalaman mencairkan uang di Kantor Pos. Jadi, sekitar Januari 2016 ini saya mulai bisnis boneka (haha iya, boneka). Boneka-boneka tersebut cuma saya pasarkan untuk fandom tertentu dan hanya saya promosikan di Instagram, so anyone could buy and I said I can ship worldwide. Beberapa bule (?) tertarik, namun saya bingung ketika mereka tanya soal cara bayar. Biasanya, untuk transaksi internasional, metode pembayaran yang paling sering digunakan adalah PayPal. Tapi sayangnya saya nggak punya PayPal karena saya nggak punya Credit Card (walau ternyata di negara kita banyak yang menyediakan jasa pencairan/pembelian via PayPal, simak cerita saya di sini). Walhasil, saya pakai cara kedua yang paling sering digunakan: Western Union. Western Union itu semacam Wesel Pos, jadi kita bisa kirim/terima uang ke kantor yang menyediakan jasa Western Union secara tunai. Nggak usah nuker uang rupiah tersebut dari Rupiah menjadi Dolar atau Won

Dilan

Aku mau review novel Dilan. Sebenernya bukan review, tapi mau cerita aja. Dilan, dia adalah Dilanku tahun 1990 , dan Dilan 2, dia adalah Dilanku tahun 1991 , yang dikarang oleh Pidi Baiq yang namanya terpampang di dinding kolong jembatan di Jalan Asia Afrika. Dilan, oh Dilan. Dilan bukan siapa-siapa. Dia cuma tokoh fiksi, tapi bikin temen saya bilang "aku naksir Dilan!" padahal dia sendiri laki-laki. Yang perempuan apa lagi, siapa juga yang gak mau sama Dilan. Seenggaknya, punya temen seasik Dilan bakalan seru. Karena bisa dimintain uang sama Wati, hehehe. Padahal mungkin Dilan juga suka nganjuk gorengan di warung Bi Eem. Oh ya, Dilan juga banyak disirikin laki-laki lain karena Dilan jago gombal, tapi gombalannya gak pernah bikin geli. Dilan, kelas dua SMA. Atau tiga, entahlah. Muncul pertama kali di bab pertama, di kota Bandung, di sebuah SMA negeri di Jalan Buahbatu. Mungkin di SMA 8, atau mungkin di SMA 22. Entahlah. Dilan anak berandalan, tapi dia sayang bunda.

I need to write.

Kalau dilihat di arsip, kelihatan banget kalau frekuensi saya menulis semakin ke sini semakin berkurang. Tahun ini saya hanya post berapa tulisan coba? Tiga? Empat? Sigh. Lalu saya pun lihat-lihat tulisan saya yang dulu-dulu. Betapa memalukannya tulisan-tulisan tersebut, sampai ada beberapa yang saya hapus. Tapi ada juga yang saya simpan, kebanyakan yang isinya kenangan, atau yang isinya hasil ngegalau. Biasanya, setelah ngegalau, kebijakan saya naik 1%. Dan tulisan-tulisan maha galau bin lebay itu lah yang terkadang bikin saya bangkit lagi. Haha, lucu.  An old self, telling you to do something.  Iya juga, sih. Nulis = mikir. Nulis = mengingat. Tulisan = pengingat. Kayaknya saya harus mulai banyak nulis lagi-- to keep myself sane .